Indah Kurniawati     2022-12-12
Kondisi cuaca saat ini tak menentu, kadang di siang hari kita merasakan panas yang menyengat tubuh. Selang beberapa jam, langit mulai gelap dan terjadilah hujan lebat disertai petir. Perubahan cuaca ini normal terjadi di Indonesia karena kondisi atmosfer banyak mengandung uap air dimana curah hujannya juga tinggi hingga 2.000 mm/tahun. Bagaimana peran atmosfer merubah cuaca bumi ini? Mari kita pelajari bersama kondisi iklim dan cuaca serta bagaimana menghadapi dampak yang mengancam jika kondisi ekstrim terjadi.
·
Kondisi iklim dan cuaca di Indonesia
Secara
umum, kondisi iklim di Indonesia termasuk iklim tropis dengan karakteristik
sebagai berikut : (1) Suhu rata-rata tahunan tinggi karena letak wilayah
Indonesia di khatulistiwa. (2) Adanya musim hujan dan musim kemarau yang dibawa
oleh angin monsun akibat perbedaan tekanan udara di daratan Benua Asia dan Benua
Australia. (3) Bebas dari embusan taifun karena secara astronomis wilayah
Kepulauan Indonesia letakya tidak lebih dari 10 ° LU/LS. (4) Kelembapan udara
tinggi karena pengaruh wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan. Sedangkan
perbedaan curah hujan yang terjadi disebabkan beberapa faktor antara lain
ketinggian wilayah, tipe pergerakan angin, bentuk wilayah, suhu dan kelembapan.
Kondisi iklim dan cuaca dipengaruhi oleh faktor regional dan global. Pada faktor
regional, variasi curah hujan di Indonesia dipengaruhi oleh monsun. Monsun
adalah pola sirkulasi angin yang berbalik arah secara periodik mengikuti pola
peredaran matahari. Pada saat matahari berada di utara ekuator (terjadinya
angin muson timur), sebagian wilayah Indonesia mengalami musim kemarau,
sedangkan saat matahari berada di selatan ekuator (terjadinya angin muson
barat), sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim hujan. Pada skala
global, pengaruh dari kondisi perairan di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik
berdampak pada pembentukan cuaca di Indonesia.
Variabilitas curah hujan antar tahun di wilayah Indonesia dalam skala
global dipengaruhi oleh El Nino dan La Nina, Madden Julian
Oscilation (MJO), dan Dipole Mode (DM).
Secara
ringkas, peran cuaca dalam hal ini hujan, pada siklus hidrologi terjadi karena
air bergerak dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi secara kontinyu.
Air di permukaan bumi menguap, mengalami kondensasi membentuk awan. Jika awan
sudah jenuh air, awan akan berubah warna kehitaman yang akhirnya muncul
tetes-tetes air hujan turun ke bumi dan terserap kembali ke tanah sebagai
nutrisi bagi tumbuhan. Siklus ini berlangsung terus menerus dan akan bertambah
intensitasnya ketika memasuki musim hujan. Dari penelitian Aldrian dan Susanto
(2003) disebutkan bahwa pola curah hujan di Indonesia terbagi menjadi 3 tipe.
Tipe pertama, tipe monsunal yang menjadi pola dominan di Indonesia memiliki
tipe curah hujan rata-rata bulanan dengan 1 puncak hujan maksimum yaitu pada
Januari atau Desember, dengan pola curah hujan setahun seperti huruf U. Tipe
kedua, tipe ekuatorial memiliki tipe hujan rata-rata bulanan dengan 2 puncak
hujan maksimum yaitu pada Maret dan November, dengan tipe curah hujan setahun
seperti huruf M dengan 2 puncak curah hujan. Tipe ketiga, tipe lokal memiliki
tipe hujan rata-rata bulanan yang kebalikan dengan tipe monsun, memiliki tipe
curah hujan hujan seperti huruf U terbalik. Semua pola hujan tersebut tetap
harus diwaspadai dan dipersiapkan secara dini karena cuaca ekstrim dapat
terjadi kapan saja.
·
Mitigasi Bencana Saat Musim Hujan
Wilayah
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan banyak pulau kecil, dan memiliki
curah hujan tahunan yang tinggi. Kondisi ini membutuhkan adaptasi dan mitigasi
untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi. Untuk wilayah Sulawesi
Selatan, musim hujan sudah dimulai dari minggu kedua Oktober 2022 pada beberapa
wilayah di bagian barat wilayah Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil analisis
BMKG, Prakiraan masa puncak musim hujan dimulai Desember 2022 hingga Februari
2023 untuk bagian barat hingga selatan wilayah Sulawesi Selatan dan April
hingga Juni 2023 untuk bagian timur dan utara wilayah Sulawesi Selatan.
Musim hujan sering menimbulkan dampak yang kurang bersahabat yakni bencana alam yang diakibatkan oleh cuaca ekstrim. Belum lama ini, terjadi longsor yang menimbun 3 kendaraan dan 7 korban meninggal di Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa pada 16 November 2022 akibat hujan lebat dan struktur tanah yang labil. Pada 18 November 2022 terjadi banjir besar yang melanda di Pare-Pare, Barru dan Makassar akibat hujan lebat terjadi sepanjang hari. Berdasarkan pengamatan curah hujan di BMKG, tercatat hujan tergolong ekstrim terjadi di Pare-Pare 265 mm, Barru 288 mm dan Makassar 169 mm.
Bencana
alam memang takdir ilahi yang hanya diketahui oleh Tuhan Yang Maha Esa. Namun manusia
perlu berusaha dan belajar mempersiapkan diri menghadapi berbagai kemungkinan demi
meminimalisir kerugian akibat bencana, terlebih bagi wilayah yang pernah
mengalami atau mempunyai riwayat bencana alam. Persiapan diri menghadapi
bencana merupakan langkah mitigasi yang perlu disadari masyarakat. Berikut langkah-langkah
mitigasi saat musim hujan :
Harus
diakui bahwa mitigasi bencana bukan hal yang mudah dan murah. Keberhasilan ini
diperlukan komitmen bersama dari semua pihak untuk mewujudkan lingkungan aman,
sehat dan nyaman dalam kondisi cuaca apapun. Semoga kedepannya, cuaca ekstrim
yang terjadi tidak lagi menimbulkan bencana.
Artikel
2025-04-24
2025-03-28
2025-03-05
2025-03-04
2024-12-27
2024-11-28
2024-11-04